BERITA649.COM – Inilah kisah patriotik Letkol Marinir Muhammad Arifin yang sehari-harinya menjadi Komandan Lapangan RSDC Wisma Atlet.
Selama berbulan-bulan Arifin ikut menangani pasien COVID-19. Ia mengatakan banyaknya pasien pada awal masa pandemi menjadi tantangan dalam menjalankan tugas.
“Tapi, karena punya pengalaman menangani pasien COVID-19 secara psikologis di Natuna dan Sebaru, ini menjadi modal melaksanakan tugas di RSDC Wisma Atlet,” kata Arifin dalam Dialog Produktif Komite Penangan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (10/11/2020).
Tema yang diangkat “Berjuang dan Berbakti Menyembuhkan Negeri dari Pandemi”.
BACA JUGA: Menonton Anggrek dan Aglonema di Tengah Pandemi
Awalnya, menerapkan protokol kesehatan di RSDC Wisma Atlet tidak mudah. Pemahaman pasien terhadap protokol kesehatan sangat rendah.
Gangguan mental membuat banyak pasien stress, sehingga muncul keinginan bunuh diri. Tekanan yang dihadapi pasien akibat tes swab berkali-kali tidak menunjukkan hasil baik.
“Apalagi kondisi saat itu sedang bulan puasa. Pasien ingin pulang lebaran di kampung. Karena tidak bisa pulang , menambah beban pikiran,” kata Arifin.
Letkol Arifin meyakini kepercayaan yang diberikan kepadanya kehormatan. Keyakinan itu yang membuatnya terus mengabdikan waktu, tenaga dan pikiran untuk membantu menyembuhkan pasien postif COVID-19.
BACA JUGA: Orang Tua Ingin Siswa Belajar di Sekolah
Dokter muda dari Sulawesi Selatan, dr Aulia Giffarinnisa juga seorang pahlawan kemanusiaan. Ia sukarela mengajukan diri menjadi dokter di RSDC Wisma Atlet, Kemayoran.
Namun, keinginan tersebut tidak berjalan mulus. Aulia harus meyakinkan kedua orang tuanya.
“Sebenarnya dari April sudah ingin bergabung ke Wisma Atlet. Tapi bapak dan ibu baru memberi izin Agustus. September saya mulai bergabung ke Wisma Atlet,” terangnya.
Bagi Aulia, memakai alat perlindungan diri (APD) menjadi tantangan. Bekerja selama 8-9 jam menggunakan APD sangat melelahkan.
BACA JUGA: Mahfud Minta Pilkada Patuhi Protokol Kesehatan
Warga Lampung, Lia Gustina mengajukan diri menjadi perawat di RSDC Wisma Atlet. Hatinya terpanggil.
Ia juga ingin mengetahui, apakah menakutkan seperti dalam berita. Waktu itu, keluarganya melarang. Apalagi masih merawat dua anak kecil.
“Awalnya suami khawatir. Tapi karena tekad saya keras, saya terus menyampaikan ingin berangkat. Akhirnya keluarga mengizinkan,” kenang Lia Gustina yang sudah enam bulan bertugas di Wisma Atlet. (ad/asa)
Komentar